Selasa, 08 Mei 2012
"TRAGEDI CINTA ULTRAS GENOA"
Kali ini kita bahas masalah cinta yuk..
:D
tapi cinta ini bukan cinta kayak biasanya loh..
ini adalah tragedi cinta di stadion LUIGI FERRARIS..
baca aja deh.. :)
Di stadion Luigi Ferraris, drama menegangkan terjadi ketika empat gol Siena bersarang di gawang Sebastien Frey. Drama ini sangat khas Italia dan banyak yang mengatakan bahwa kejadian seperti ini baru terjadi satu kali sepanjang sejarah.
Pertandingan memasuki menit 53' ketika puluhan ultras Genoa memaksa pertandingan dihentikan. Flare Dilempar kedalam lapangan, Jalan menuju Ruang ganti mereka boikot, dan lapangan diinvasi. Para pemain Siena yang ‘bertanggungjawab’ atas empat gol di gawang Frey sontak meninggalkan lapangan dan masuk ke ruang ganti.
Di lapangan, drama paling aneh dalam sejarah sepakbola terjadi. Para ultras meminta pemain-pemain Genoa menanggalkan kostumnya dan menyerahkannya pada mereka. Alasannya, karena pemain-pemain tersebut dianggap tidak pantas mengenakan kostum Genoa. Para pemain dianggap tidak menunjukkan determinasi yang diharapkan karena saat ini Genoa sedang berjuang menghindari degradasi, namun membiarkan empat gol bersarang di gawang mereka tanpa sanggup membalas.
Marco Rossi, kapten Genoa berusaha mengakomodasi keinginan para ultras demi keselamatan pemain. Ia meminta para pemain menanggalkan kostumnya dan menyerahkan kepadanya. Semua kostum terkumpul kecuali satu, milik striker Giuseppe Sculli.
Sculli menolak untuk mengikuti keinginan para ultras dan sempat berdebat keras. Sculli memutuskan untuk mendatangi tribun dan bernegosiasi dengan para ultras. Perdebatan Sculli dengan para ultras diakhiri dengan kalimat “sampai berjumpa besok di tempat latihan.” Keberanian Giuseppe Sculli ini bisa jadi disebabkan karena ia merupakan cucu salah satu bos mafia dari keluarga Ndrangheta, Giuseppe Morabito yang sekarang mendekam dipenjara sisilia.
Sebelumnya, wing-back Giandomenico Mesto sempat menangis karena kejadian ini. Entah perasaan tertekan bagaimana yang sanggup memaksa tangis keluar dari mata Mesto saat itu.
‘Drama’ tampak berakhir ketika Marco Rossi berhasil membujuk para ultras untuk membiarkan para pemain mengenakan kostumnya kembali. Rossi berhasil, para pemain kemudian mengenakan kostum itu kembali dan bersiap untuk memulai pertandingan kembali. Namun, sebelum drama benar-benar usai, ada satu adegan penutup yang tak kalah menghebohkan di mana Sebastien Frey, kiper yang baru musim ini bergabung ke Marassi beradu teriakan dengan para ultras. Meski begitu, tidak ada ekses lanjutan dari scene ini hingga pertandingan benar-benar dimulai lagi.
ini adalah sebuah pertunjukan di mana rasa cinta telah ber-overlapping dengan obsesi dan kemarahan. Rasa cinta tersebut ternoda oleh nafsu dan amarah yang membutakan. Para ultras tersebut jelas tidak puas dengan performa Genoa dan dari situ, tersulutlah amarah. Namun, semuanya berangkat dari rasa cinta. Para ultras menjadikan Genoa sebagai jalan hidup dan mereka mencintai Genoa barangkali lebih dari mereka mencintai diri mereka sendiri.
Sayangnya, kali ini mereka kelewat batas. Para ultras harusnya ingat bahwa para pemain adalah representasi simbol yang selama ini mereka dukung dan cintai. Di saat-saat genting seperti itu, amarah tidak akan berguna karena mental pemain dan seluruh jajaran klub akan turun. Dukungan lenyap berganti cacian. Lantas, apa yang bisa diselamatkan jika sebuah tim tak lagi mendapat dukungan?
Cinta bagaikan dua mata pedang yang sama berbahayanya. Di satu sisi, bisa menjadi kekuatan maha dahsyat yang sanggup memenangkan apapun. Namun, di sisi lain, cinta juga berpotensi menjadi bumerang yang akan menampar pipi Anda keras-keras jika Anda tidak sanggup mengendalikannya.
Demikianlah kisah cinta tragis yang terjadi di Luigi Ferraris. Semoga tidak ada lagi korban yang jatuh atas nama cinta. Because love doesn’t kill.
Dan akhirnya akibat ulah Ultras Genoa itu, KOMISI disiplin Lega Calcio tidak main-main menindak insiden protes di Marassi yang membuat pertandingan Genoa kontra Siena ditunda selama 40 menit. Dua tifosi yang dianggap menjadi dalang keributan, Marco Cobretti dan Fabrizio Fileni, akhirnya diganjar sanksi lima tahun.
Dua pria tersebut merupakan suporter pertama yang dikenai larangan menyaksikan pertandingan secara langsung hingga lima tahun ke depan, karena tindakan yang memaksa para pemain Grifone melepas jersey mereka.
Keduanya bisa diidentifikasi setelah komdis melakukan analisis melalui rekaman video, Corbetti terlihat tengah melakukan pembicaraan dengan Giuseppe Sculli sementara Fileni berada di sampingnya.
Kepala kepolisian setempat berjanji akan memberikan sanksi lebih kepada suproter lain yang terlihat dalam gambar dan rekaman video pertandingan tersebut.
"Wujud Kecintaan ULTRAS terhadap tim memang sangat luar biasa, namun kita harus bersikap bijak dan lebih dewasa dalam mengkritik kekasih kita (tim). Karena Cinta itu tidak MEMBUNUH."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
apikkk :D
BalasHapusmakasih.. :D
BalasHapus