Kamis, 31 Mei 2012

"BERKACA ATAS DUKA SUPPORTER"


Sepak bola negeri ini lagi-lagi memperpanjang catatan buruk tentang jumlah korban akibat kebrutalan para suporter karena ribut yang berdasar pada rivalitas negatif. Bukan saja suporternya, juga pemainnya, bahkan pengelola sepak bolanya, semuanya "DOYAN" RIBUT. Sepak bola di negeri ini semakin modern tetapi perilaku suporter semakin primitif. Perilaku pengelolanya misorientasi.

Kilas Balik Sejarah.

1930-1940
Sepak (raga) bola negeri ini dibangun atas kepentingan MEMPERSATUKAN bangsa untuk berjuang melawan penjajahan
1940-1950
Sepak bola negeri ini dilakukan untuk memperkuat persatuan antar daerah dalam proses konsolidasi kemerdekaan
1950-1960
Sepak bola negeri ini dimasyarakatkan untuk mempertahankan kemerdekaan
1960-1970
Sepak bola neger ini dikembangkan untuk mewujudkan eksistensi kebangsaan
1970-1990 (2 dekade)
Sepak bola negeri ini dikelola untuk mewujudkan prestasi individu, kelompok dan bangsa
1980-1990
Sepak bola negeri ini berhasil menduduki level papan atas di asia.
1990-sekarang
Sepak bola negeri dikelola sebagai KOMODITI POLITIK

Sekarang,...makna sepak bola negeri ini mulai bergeser. Nuansa kompetisi di semua sektor semakin tidak sehat.

FENOMENA:
Di lapangan hijau pemain baku hantam, wasit dikeroyok oleh pemain, official ikut2an, botol minuman beterbangan, suporter turun ke lapangan tawuran, merembet ke luar stadion, keamanan lumpuh, jumlahnya tidak seimbang bahkan jadi penonton. Korban berjatuhan, dasar Sepak bola bar-bar.

Di luar lapangan hijau, para pengurus dari tingkat pengcab hingga induk sibuk berebut kekuasaan. Sepak bola dibuat bahan pencitraan kepentingan menuju tahta kerajaan2 kecil. Di dalam keorganisasian induk terutama KOMDIS juga lebay, heheh sektor yang satu ini yang paling semprul, tidak tegas, ngeper seflesible "KONDOM". Kasus bisa ditawar2.

Para cukong yang "claim" sudah berjasa dan paling peduli, sibuk memelihara suporter sebagai 'modal' politik. Sesungguhnya mereka tidak paham siapa dan apa isi kepala SOERATIN SOSROSOEGONDO. Atau jangan-jangan memang diabaikan karena tidak lagi populer di jaman sepak bola yang katanya sudah masuk zona industri ini.

Pertanyaan yang paling tepat adalah APA SAJA YANG SALAH? bukan pertanyaan SIAPA YANG SALAH?.

HIPOTESA:
Sepak boal bar-bar terjadi akibat akumulasi dari sejumlah persoalan kebobrokan pengelolaan sepak bola negeri ini ditambah lagi soal PR Republik ini yang belum tuntas yaitu soal EKONOMI. Jangan lupa juga bahwa sudah tidak ada lagi sosok yang disegani di negeri ini. Dan karena kepentingan kelompok tertentu, akhirnya KERIBUTAN itu "DIBIARKAN", "DIPELIHARA" dan "DIKELOLA".

DIBIARKAN
Keributan ini sengaja dibiarkan, tidak akan pernah ada langkah penyelesaian secara komprehensif oleh seluruh pihak yang terkait secara bersama-sama. Karena mafia berperan. Tekanan dari berbagai arah datang mengancam.

DIPELIHARA
Keributan atau reivalitas negatif ini dipelihara atau "diwariskan" sehingga bersifat regeneratif. Hal ini untuk dijadikan "modal" membentuk opini-opini

DIKELOLA
Keributan dan dampaknya dikelola untuk mempertajam opini-opini atas kepentingan para cukong yang juga berival di tingkat elite. Media diintervensi oleh 'bandarnya' untuk mengelola 'issue'.

Dalam teory sosial, kalau perut sudah kenyang, mata mengantuk...tidak ada lagi orang yang mau disulut apalagi diajak ribut.

KESIMPULAN :
EKONOMI adalah esensi mendasar dari persoalan buruknya perilaku insan sepak bola negeri ini. Karena ekonomi belum 'aman', urusan dapur belum tuntas, perut keroncongan.Ya urusan perut memang sarat ribut. Ini realistis dan natural. Dan karena ekonomi pula lah urusan KETEGASAN menjadi kendur alias lemah SYAHWAT.

SOLUSI :
Filosofi, lebih baik mencegah daripada hanya terus2an mengobati. Sebab keributan antar suporter adalah penyakit masyarakat yang turun temurun. Sifat yang regeneratif ini mesti diputuskan silsilahnya. Tidak ada kata pesimis dengan alasan apapun semua bisa diatasi. Lagi2 jangan kita hanya menuntut kesadaran, karena kesadaran itu tidak berlaku di negeri yang masih "bodoh" dan sedang kelaparan serta krisis patron apalagi krisis kepercayaan terhadap penguasa. ATURAN MAIN menjadi pedoman yang paling KUAT. Semua cara harus dilakukan untuk menyelesaikan persoalan ini dengan ATURAN MAIN yang ciamik dan kesepakatan bersama. Berikut beberapa langkah sebagai solusi yang harus dilakukan secara bersama-sama.

1.Langkah Rekonsiliasi antar kelompok suporter tetap menjadi satu bagian dari solusi di tingkat akar rumput. Lagu, yel-yel, jargon rasisme harus dihentikan. Bukan semata-mata langkah perdamaian saja. Tetapi termasuk langkah2 pendewasaan suporter karena suporter banyak yang masih ababil perlu dirubah pemahaman FANATISMEnya. Juga pemberdayaan suporter kreatif karena susungguhnya SUPORTER lah yang menjadi nilai velue bagi KLUB itu sendiri, selain menjadi pendukung fanatis. Sadar gak sih? kalau sesungguhnya yang manjadi korban akhir dari pertikaian ini adalah SUPORTER? Mati sia2! Bodoh gak sih?

2.KLUB bersama2 suporter bisa membangun VALUE dengan industri kreatif yang sesungguhnya berlaku dalam industri sepak bola, agar taraf suporter naik derajat dan merasa MEMILIKI terhadap KLUB atau sence of bilonging. Hingga hubungan antara MANAGEMENT KLUB dan suporter menjadi sangat SIMBIOSIS.

3.KOMDIS harus TEGAS, TEGAS dan TEGAS. Orang2 yang duduk di KOMDIS tidak boleh yang masih 'lapar'. Harus mapan secara ekonomi (dapurnya aman) agar tidak tergoda 'naik banding' dan kuat mental menghadapi mafia. Dan pasal2 harus direvisi. Bayangkan saja jika seorang pemain dihukum tidak boleh main 1 musim dan denda 100 juta jika memukul wasit. SPORTIFITAS bukan lahir dari kesadaran tapi terbentuk karena ada PERATURAN yang TEGAS.

4.APARATUR KEAMANAN harus menindak tegas setiap tindakan anarkisme yang dilakukan oleh siapapun (suporter, pemain, apalagi pengurus). Seret saja ke ranah hukum yang berlaku.

5.Ini juga menjadi solusi kunci, sebagai teguran tegas kepada para ELITE; Kepada STAKE HOLDER sepak bola negeri ini. Tolong, hentikan apapun bentuknya pertikaian kalian. Karena kalian sudah semakin tidak polpuler, kalian semakin tidak berwibawa. Lakukanlah pembenahan sepak bola ini dengan visi atas nama bangsa. Jangan lagi2 kami SUPORTER menjadi korban lagi.

6.KEPADA MEDIA TV, RADIO, KORAN, ONLINE, dll. Hentikan pemberitaan-pemberitaan menyesatkan apalagi untuk kepentingan BOS kalian. Jadilah media yang mencerahkan, bukan yang menyulut emosi dan membakar amarah.

SEMUA ASPEK DAN GOLONGAN IKUT ANDIL MEMPENGARUHI KEJADIAN INI, SO..
MARI SEMUA PIHAK UNTUK BERBENAH, SALAM SUPORTER DAMAI INDONESIA.

source: http://olahraga.kompasiana.com/bola/2012/05/31/warisan-permusuhan-suporter/

3 komentar: