Selasa, 14 Oktober 2014

Culture or Rules? Why not Both? (OPEN FIGHT)



mungkinkah kultur no weapon bisa menjadi budaya untuk supporter Indonesia?
pertanyaan yang selalu muncul dalam pikiran semenjak melihat betapa kerasnya dunia supporter disini. Keras? ya memang keras dunia supporter sepakbola, rivalitas menjadikan para supporter untuk keras, tapi keras untuk menjadi petarung sejati bukan pembunuh.

Mungkin sudah banyak dari kalian yang membaca tentang budaya Open Fight, budaya atau kebiasaan supporter di daratan eropa sanah untuk bertarung menentukan pemenang dari sebuah permusuhan. Tapi perlu ditekankan disini, pertarungan dalam sebuah Open Fight adalah pertarungan yang sangat FAIR. Dalam Open Fight kedua belah pihak harus murni bertarung tangan kosong dan TIDAK UNTUK MEMBUNUH. Ketika lawan yang dihadapi sudah tidak berdaya maka pertarungan harus disudahi. Mungkin kalian bisa melihat beberapa video ini, 





Pertarungan yang ada di dalam video itu bisa menjadi contoh open fight seperti apa, dan bisa mencerna aturan dalam open fight. Sebenarnya suka mikir sama supporter Indonesia aliran luar negeri yang sering berteriak open fight di dalam stadion tapi mereka sering kali menyalah artikan, yang mereka maksud itu mungkin riots, clash, atau chaos bukan open fight. Sepengetahuan saya Open Fight memiliki aturan, dan itu adalah pertarungan fair.

Dalam Open Fight (bisa dilihat dalam Video diatas) ada beberapa point penting, diantaranya,
1. Jumlah Petarung harus sama,
    Disini Biasanyaaaaa.. Biasanya sih ada undangan/perjanjian sebelumnya untuk tantangan Open Fight. Biasanya untuk menentukan tempat, dan jumlah petarung sesuai kesepakatan harus sama. Kedua kelompok biasanya pake surat. Biasanyaa..

2. Ada Kelompok Netral,
    Dalam Open Fight biasanya terdapat kelompok netral, biasa untuk menengahi apabila ada petarung yang sudah tak berdaya tapi tetap diserang oleh lawannya, ya karena ini pertarungan untuk menjadi pemenang bukan menjadi p e m b u n u h. Bisa juga kelompok netral ini menjadi bagian dokumentasi.

3. Pertarungan Fair,
    Pertarungan harus Fair, Jumlah sama, No Weapon, Tidak Membunuh, Dan kalau memang sudah kalah harus mengakui kekalahannya. Musuh yang tidak berdaya tidak dibolehkan dihajar terus, dan jika mereka berteriak menyerah, lawannya harus menghentikan serangannya. Dan yang kalah harus mengakui kalah saat itu.. hmm.. Soal kelompok yang kalah mau dendam apa pengen bertarung lagi, Bisa menantangnya lagi di Open Fight selanjutnya.


Ultras atau supporter sendiri juga memiliki beberapa aturan yang mungkin masih susah atau belum sepenuhnya untuk di taati, tapi disini ultras/supporter masih menjaga dan menghormati itu. hmm.. Miris sebenarnya ketika melihat adanya korban kehilangan nyawa untuk sebuah fanatisme yang tak mempedulikan rules, atau memang sudah susah untuk mengubah budaya bertarung supporter Indonesia?
"Di luar juga banyak kok kerusuhan supporter yang masih membawa Senjata berbahaya tem.."
ya sih, tapi apa salahnya untuk menerapkan sebuah budaya yang bersih tanpa menghilangkan karakter supporter itu sendiri?

Bisa? aku yakin suatu saat pasti bisa,. Dimulai dari diri sendiri aja dulu lalu tularkan ke komunitas.. hehe
oya brohh, ini bukan bermaksud mengajari untuk bertarung atau mengajarkan kekerasan sih, cuma ya kalo ngeliat pertarungan supporter yang harus membunuh dengan senjata, atau hadang hadang.. aihh are you chicken? ada cara bertarung yang fair dan lebih elegan kenapa harus pakai yang membunuh? :)

NO WEAPON, karena kita petarung yang bertarung untuk menjadi pemenang, bukan PEMBUNUH.

udah ah, sekian aja coret coretnya.. kalo ada koreksi atau ada yang salah sama coretan ini, atau mau sekedar sharing, komen aja bray.. saya juga masih tahap belajar dan coretan ini hanyalah sekedar unek unek atau opini ku aja..
AVANTI ULTRAS! LIBERTA x GLI ULTRAS.. 
-Item

4 komentar: